Jumat, 6 Oktober 2023, 09:23 WIB

Ketahanan Digital Penentu Resiliensi Bisnis Perbankan

Frans S. Imung
https://res.cloudinary.com/dzvyafhg1/image/upload/v1696559420/investortrust-bucket/images/1696559426321.jpg
Pakar transformasi digital industri keuangan, Dr. dr. Bayu Prawira Hie. (Foto: Elsid Arendra)MBA

JAKARTA, investortrust.id – Dua bank papan atas dilaporkan mengalami gangguan layanan digital dalam kurun tiga bulan terakhir. Gangguan yang dipicu serangan siber itu tidak sekedar membuat layanan pada nasabah terganggu, tetapi juga menjurus pada pembobolan data nasabah.

 

Buntut dari serangan siber itu, nasabah bank tidak bisa menggunakan ATM, mobile banking, hingga tarik tunai. “Kondisi seperti ini tidak saja menimbulkan ketidaknyamanan pada sisi nasabah, tetapi bisa juga menggerus kepercayaan nasabah pada bank bersangkutan,” ujar pakar transformasi digital industri keuangan, Dr. dr. Bayu Prawira Hie, MBA, di Jakarta, Jumat (6/10/2023).

 

Jika kondisi seperti ini tidak diantisipasi, berpotensi menggerus kinerja  bank bersangkutan.  Oleh sebab itu, menurut Bayu Prawira, perlu diantisipasi secara serius oleh kalangan perbankan, tidak saja bagi bank yang pernah mengalami serangan siber. 

 

Baca Juga

Sempat Terganggu, Sistem Layanan Informasi OJK Kembali Bisa Diakses  

 

Keseriusan bank menghadapi persoalan ini direalisasikan melalui penerapan risk manajemen yang baik sampai protokol krisis menghadapi gangguan teknis. Bagaimana pun, para peretas di dunia modern hampir selalu mengikuti perkembangan kecanggihan digital milik perbankan.

 

Menghadapi kondisi seperti ini, baik Bayu Prawira maupun praktisi teknologi industri keuangan, Hermawan Thendean sepakat bahwa perbankan nasional harus punya resiliensi dari sisi kemampuan teknologi perbankan yang dimiliki.

 

“Resiliensi digital itu ikut menentukan resilinesi bisnis satu bank. Jika tidak punya resiliensi dalam menghadapi serangan siber, resiliensi bisnis bank juga terganggu,” ujar Hermawan Thendean.

 

Baca Juga

Ini Dia Jurus Bank Jago Tetap Eksis dalam Persaingan Bank Digital

 

“Pada prinsipnya manajemen perbankan kita sudah menyadari itu, tinggal optimalisasi dalam memperkuat resiliensi itu perlu terus ditingatkan,” timpal Bayu yang juga Executive Director, Intellectual Business Community (IBC).

 

Kondisi faktual ini menjadi perhatian dewan juri “Digital Banking Awards 2023” yang merupakan hasil kerjasama investortrust.id dengan Intelectual Business Community. Bertolak dari kondisi tersebut, dewan juri pun sepakat menentukan tema “Business Resilience Against Cyber Attacks” dalam penjurian tahun ini.

 

Tema ini juga ditetapkan sebagai bentuk awareness bagi industri perbankan untuk terus meningkatkan resiliensi bisnis melalui kualitas teknologi digital memadai. Adapun indikator penilaian mengacu pada parameter yang dirumuskan Otoritas Jasa Keuangan untuk peningkatan layanan perbankan digital.

 

Sementara itu, dewan juri Digital Banking Awards 2023 diketuai Dr. dr. Bayu Prawira Hie, MBA. Anggota dewan juri, selain  Hermawan Thendean, juga melibat  praktisi digitalisasi industri keuangan, Rico Usthavia Frans, pengamat perbankan Irwan Habsjah, Head of Research Samuel Sekuritas, Suria Dharma, dan Pemimpin Redaksi investortrust.id, Primus Dorimulu. Penganugerahan penghargaan dijadwalkan pada pertengahan Desember 2023.

 

Proses penilaian melalui assessment secara mandiri masing-masing bank. Saat ini questioner telah dikirim ke masing-masing bank. Selanjutnya dewan juri akan menilai hasil assessment lalu menetapkan nominasi. Para nominasi akan dilibatkan dalam penjurian final melalui wawancara dengan manajemen. "Partisipasi aktif masing-masing bank sangat menentukan hasil penilaian," ujar Hermawan Thendean. 

 

 

Baca Juga

Perry: Digitalisasi Layanan Perbankan Capai Rp 14.000 Triliun, Transaksi Uang Elektronik Rp 111 Triliun

Bagikan